Jakarta - Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda masih sibuk mengeluarkan letusan. Hingga pukul 24.00 WIB, pos pemantau Gunung Anak Krakatau mencatat ada 251 letusan.
Pada Senin 1 November kemarin hingga pukul 24.00 WIB, tercatat ada 4 kali gempa vulkanik dalam, 79 kali gempa vulkanik dangkal, 251 kali letusan, 86 kali hembusan, dan 229 kali tremor.
Sedangkan pada 31 Oktober, tercatat ada 31 kali gempa vulkanik dalam, 221 gempa vulkanik dangkal, 178 kali letusan, 148 kali hembusan, dan 151 kali tremor.
"Gempa vulkanik dalam itu artinya terjadi di dalam atau lebih dari 3 km, sedangkan dangkal artinya terjadi dekat permukaan, dan tremor artinya gempa yang terus menerus," jelas pengamat Gunung Anak Krakatau, Jumono, saat dihubungi detikcom, Selasa (2/11/2010).
Meski jumlah kegempaan pada Senin lalu lebih sedikit dibanding hari Minggu (31/10), namun jumlah letusan meningkat. Status waspada yang telah disematkan pada gunung tersebut sejak 31 Oktober 2009 juga belum berubah.
"Masih waspada, dan mohon tetap jaga jarak aman 2 km di sekitar gunung, karena ada lontaran-lontaran material dari gunung," ujar Jumono.
Material pijar yang dilontarkan tidak hanya kerikil, namun juga batuan. Material pijar itu memiliki panas 600-1.000 derajat Celcius.
Menurut Jumono, aktivitas kegempaan gunung tidak memicu gelombang tsunami yang mengancam warga Banten maupun Lampung. "Untuk gempa karena (aktivitas) gunung ini tidak memicu tsunami, karena vulkanik dan tektonik itu beda," sambung dia.
Dia mengingatkan agar masyarakat tidak termakan isu-isu tsunami. Apalagi gempa yang terjadi hanya di sekitar gunung dan hanya dirasakan oleh seismometer.
Status waspada Gunung Anak Krakatau telah disematkan sejak 31 Oktober 2009. Sejak 25 Oktober, jumlah letusannya di atas 100 kali. "31 Oktober menjadi waspada setelah sebelumnya siaga. Lalu jumlah letusannya menurun. Tapi 10 Oktober 2010 kembali lagi ada letusannya," ujar Kepala Pengamatan Gunung Api daerah Barat Hendrasto saat dihubungi detikcom, Jumat (29/10).
Pada 17 Oktober, dalam sehari ada 45 kali letusan. Lalu selama beberapa hari letusan itu menghilang. Hingga pada 23 Oktober muncul dua kali letusan dan pada 34 Oktober ada 89 kali.
"Pada tanggal 25 ada 126, tanggal 26 ada 182, tanggal 27 ada 101, dan 28 kemarin ada 117 letusan," papar Hendrasto.
Status bahaya gunung ada empat tingkat. Bahaya level I atau aktif normal artinya berdasarkan pengamatan visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan. Level II atau waspada berarti ada peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.
Di level III atau siaga, terjadi peningkatan pengamatan kawah secara visual, kegempaan dan metide lain yang saling mendukung. Sedangkan level IV atau awas, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Hal ini akan diikuti letusan utama. (vit/nrl)
Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar