http://www.4shared.com/mp3/WnOuFVMf/Adera_-_lebih_indah_Slow_.htm andrie"z G4ull"Z: kebudayaan

Senin, 16 Mei 2011

kebudayaan

Upacara Adat Sasi

Kata Sasi tentunya tidak asing lagi di pendengaran rumpun masyarakat yang berada di pesisir pantai utara yakni suku Tepera, Distrik Depapre, Kab. Jayapura, terutama pada 3 kampung yakni Tablanusu, Tablasupa, dan Wauna. Ritual Sasi sendiri dikenal masyarakat dengan salah satu ritual adat yang diselenggarakan untuk menyambut suatu acara adat.

Upacara Adat Sasi


Dimana Ritual Sasi adalah pemberian tanda sakral berupa penancapan sebuah dahan pohon kayu besi pantai (suang teka), di tempat-tempat terumbu karang (rep) yang merupakan sarang ikan, dimana tanda tersebut dimaksud agar masyarakat tidak mencari ikan di sepanjang areal tersebut. Ritual Sasi sudah dikenal masyarakat Kampung Waiya sejak nenek moyangnya yang diturunkan secara turun temurun.

Ritual Sasi pun tidak dapat dilakukan oleh semua orang. Sasi hanya dilakukan oleh suku yang telah dipercayakan sesuai tatanan adat. Di Kampung Wauna Suku Nerotouwmerupakan suku yang dipercayakan untuk menggelar ritual Sasi, sesuai tugas dan fungsinya di bidang ekonomi adat. Kampung Wauna sendiri mempunyai 2 suku lainnya yang mempunyai tugas adat lainnya yakni suku Demetouw sebagai Panglima Perang dan suku Yarisetouw sebagai Ondoafi (Raja).

Kini suku Nerotouw yang merupakan penyelenggara ritual Sasi hanya memiliki 1 juru kunci penyelenggara Sasi yakni Leonard Nerotouw, namun Leonard mempunyai beberapa anak yang sering membantunya dalam menyelenggarakan ritual Sasi masing-masing Yakob, Carles, Meky, Manuel dan Viktor.

Upacara Adat Sasi


Lamanya ritual Sasi juga bervariasi, sesuai perintah dari Ondoafi, dimana ritual Sasi bias berlangsung selama sebulan bahkan setahun. Dalam melakukan ritual Sasi, harus memiliki kekuatan alam lainnya (kekuatan magic), agar dalam melakukan penancapan Suang Teka telah ditaburi dengan mantera-mantera (fui-fui).

Apabila dalam ritual Sasi ada warga yang mencoba-coba melanggar larangan tersebut dengan mencari ikan di sekitar areal tersebut, maka dirinya akan ditimpa berbagai penyakit, seperti kudisan, penyakit dalam yang berakibat muntah darah, tubuh mengalami benjol-benjol, bahkan dapat mengarah kepada kematian.

Warga yang telah melanggar ritual Sasi mempunyai waktu toleransi 2 hingga 3 hari untuk segera menemui orang yang melakukan ritual Sasi (suku Nerotouw), untuk mengakui kesalahannya dan mendapatkan penawar dari mantera yang telah diletakkan di areal ritual Sasi.

Setelah batas waktu ritual Sasi yang diberikan usai, maka orang yang ditugaskan untuk menancapkan palang kayu Suang Teka segera mencabutnya sekalian dengan mantera-manteranya, dan seluruh warga akan turun ke tempat tersebut memanen ikan hingga jumlah yang tak terhingga, dengan cara membuat racun dari sejenis tanaman (akar tuba) di areal yang pernah dibuat Sasi. Kampung Wauna sendiri mempunyai 2 lokasi pembuatan ritual Sasi yakni daerah Opauw dan Yaya.

Pendapat saya berkaitan dengan budaya ini, sungguh sangat membanggakan karena di era modern ini, masih mempertahankan warisa budaya nenek moyang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar